Bagian 8
Aku membalik Koran sabtu itu dengan enggan sambil bertengger di kursi santai samping kolam koi belakang rumah,
relax sehabis mandi pagi di hari libur yang tenang itu. Aku memakai
celana kombor putih dan baju dalem santaiku. Aku cuek kalau celana
gomborku tidak menampung juniorku dengan sempurna. Jadi mahluk tengil
itu kubiarkan leluasa menerobos celah di kaki celanaku sambil mengintip
matahari pagi. Junior juga kadang pengin berjemur…hehehe…
“ini pah kopinya” suara latri terdengar
“yup taroh aja di situ…” kataku sambil melirik sedikit dan masih sedikit focus ke Koran.
Lirikan sekilas itu ternyata tidak sebanding dengan efeknya. Posisi
latri yang membungkuk menaroh kopiku di meja pendek itu membuat bagian
leher kaos longgar yang dia kenakan membuka cukup lebar untuk ku dapat
melihat BH coklat mungil yang membungkus dada kecil imutnya. Semerta
merta junior bangkit. Dan kebangkitannya yang mendadak itu tentunya
menghasilkan gerakan yang mengundang perhatian, karena junior memutuskan
untuk bangkit di luar celana, menerobos celah lobang kaki celana yang
gombrong.
“ah!” latri sepontan sedikit terlonjak, sambil memalingkan muka ketika melihat proses itu.
“halah kaya ga pernah liat punya papa aja kamu lat…dua kali lho papa
mergokin latri ngintip papa ama mama berhubungan di sofa ruang tengah”
aku membela diri tak kalah sepontan
“eh…iya, abis latri…kaget…eh, anu pah, soal ngintip itu…latri minta
maaf, waktu itu…anu pah…mama…mendesah cukup kenceng…jadi kedengeran
latri…jadi penasaran…eh…maaf kalau itu membuat mood papa jadi down
saat…ngegituin mamah…” jawabnya terbata bata
Aku garuk gruk kepala sambil ‘menyimpan’ si otong kembali ke kandangnya.
Kalau ku katakan, aku tambah terangsang waktu liat dia ngintip karena
di dalam bayanganku dialah yang ku entot…wedew…
“eh, jadi kamu penasaran, lalu cepet cepet ngambil dildo mamah buat
masturbasi sambil ngintipin mamah papah ML? Mmm… ada sesuatu yang
bener-bener harus kamu klarifikasi!” kataku dengan akting sok marah
Latri menunduk di depanku, mimik mukanya kelihatan takut, tapi aku tahu matanya masih lirak lirik ke juniorku, aku biarkan itu.
“betulkan?” desakku lebih lanjut, masih akting sok marah
“iya pah, maaf itu memang mainan burung-burungannya mama…latri lancang
minjem, tapi sudah latri cuci dan balikin lagi kok…tapi latri salah,
latri mohon maaf pah…” jawabnya polos dan sepontan jujur. Satu lagi yang kami suka dari latri, dia jujur dan mau bertanggung jawab. Tidak seperti pembantu lain yang lebih suka ngeles.
“maksud papa…hrmm (dehem krn canggung) walau dildo itu ukurannya sedikit
kecil, tapi kalau kamu masukkan semua ke…vagina kamu…itu bisa merobek
selaput keperawananmu…”
Latri mendengus dan tersenyum malu malu sambil masih menunduk
“emang latri udah gak perawan pah…” katanya kemudian dengan enteng.
“itulah kenapa…latri malu sekali dengan kata kata latri semalam ke
papah, latri…saat itu seperti mengingkari status latri sendiri…yang
cuman…pembantu dari desa…yang sudah mendapatkan kasih sayang sedemikan
banyak dari keluarga ini…malah masih mau lancang mengharapkan
papah…maafin, latri serakah…dan di lagi pula, latri juga tidak ada yang
bisa di persembahkan ke papah, misalkan papah…menghendaki…eee… maksud
latri…anu…kan latri…” lanjutnya
“ayolah lat, kamu tau kami menyayangimu, kami tidak
pernah melihat back ground kamu…eee…kalau kamu tidak keberatan, papa
pengin tau masa lalu kamu, kok sampai latri bilang sudah tidak perawan
itu gimana? Coba coba dengan pacar kamu, atau…padahal
latri kan baru 17 tahun…” ujarku memotong ucapan terbata-batanya sambil
menggeser posisi duduk dan menepuk nepuk bantalan kursi yang aku
duduki, memberi isyarat kepada latri untuk duduk di situ, berbagi kursi
“ehmm…” latri mulai ceritanya dengan senyuman kecut, dia mengikuti isyaratku dan mulai duduk di sebelahku, berbagi kursi
“latri tidak perawan bukan karena coba coba dengan pacar pah, tapi karena bapak latri…” lanjutnya
“hah!! Maksudnya?” aku kurang mencerna penjelasannya
“kamu di perkosa sama bapak kamu?” aku masih mencari penjelasan, karena
setahuku latri sudah yatim sejak beberapa tahun, kalau aku gak salah
denger berita, ayahnya meninggal dalam kecelakaan KA. Tapi kalau ada
pengalaman kekerasan sexual, mungkin dia termasuk anak yang kedepannya
memerlukan perlakuan khusus, biar tidak terjadi trauma. Well, as I told
you, kami sekeluarga menyayanginya.
“bukan begitu pah…latri emang sudah tidak perawan dari SMP…karena
keperawanan latri di jual sama bapak untuk menutup hutang judinya…”
lanjutnya dengan getir “lalu emak tau, emang emak tidak melaporkanya ke
polisi, tapi emak langsung minta cerai ke bapak dan melarang bapak
mendekati keluarga kami, bapak langsung pergi dan tak berapa lama kemudian kami dengar bapak menjadi korban kecelakaan kereta arah ke Jakarta…”
“eh? Oya?” serius aku terkejut, ternyata latri yang selalu ceria mempunyai masa lalu yang demikian tragis.
“trus? Eh, maksud papa, pas kejadian itu kenapa kamu nurut aja? Kenapa tidak berontak?” tanyaku lebih jauh.
“saat di kamar dengan orang itu, latri marah, takut dan perasaan benci
banget sama bapak, latri berontak, menagis dan mencoba lari, tapi dia
mengancam akan membunuh latri dan ibu kalau latri tidak menurut…latri
lalu menurut karena ancaman itu kelihatannya tidak main main, dia preman
dan rentenir yang cukup terkenal ganas di daerah kami dan
katanya memiliki backing aparat…lalu saat orang itu menelanjangi latri
dan mulai menciumi latri, meraba raba serta menjilati dada larti, latri
jadi…eh, anehnya latri jadi tidak takut lagi, malah lebih ke gemetaran
yang aneh, trus, malah anehnya latri jadi menurut karena tidak bisa
menahan getaran itu…lalu dia mulai kangkangin kaki latri dan berusaha
masukin burungnya ke lubang latri…lebih aneh lagi, latri tambah nurut
aja, malah seperti penasaran gimana rasanya…”
“eh? Oya?” potongku singkat berusaha mencerna cerita latri
“maksud latri…eh…tapi baru saja burung orang itu masuk sedikit ke…lubang
latri…dia langsung…ehm…muncratin…anu…eh, lalu trus dia langsung
selesai…dan…jadi malah langsung lemas…jadinya…latri malah
jadi…gemes…maksudnya, penasaran gitu…lalu…latri tunggu kali aja dia
mencoba lagi, tapi, dia malah langsung keluar kamar dan ngobrol sama
bapak, tak lama kemudian latri di ajak pulang…dan karena…eh…itu…latri
malah jadi…ketagihan…eh! Emm…maksudnya penasaran…” lanjutnya terbata
Aku bengong…
Padahal kalau pada saat itu benar benar tidak terjadi penetrasi, kemungkinan dia masih perawan…
Tapi aku (entah kenapa) tidak mau mengutarakan kemungkinan itu, well
paling enggak latri tidak trauma dan kalau dia tidak menngalami hal yang
dia alami tersebut mugkin kejadian ini tidak akan pernah ada.
“trus?” tanyaku penasaran
“ya walau latri penasaran, tapi latri tetap gak berani ngajak gituan
sama laki laki pah, karena menjaga nama emak di kampung juga, lalu ada
temen latri yang membawa film di HP…tentang cewek yang main mainin
miliknya sendiri…katanya namanya masturbasi…latri coba coba…dan
ternyata…eh, makanya sejak saat itu…latri jadi ketagihan…eeee…maksudnya
keterusan…anu…masturbasi…”
“oya?” aku garuk garuk kepala, dia mengangguk. Seperti cerita fiksi aneh dari film bokep JAV murahan. But what the hell…
“trus, apa yang pernah kamu…eghmm…masukin? Maksudnya pas masturbasi
gitu…” tanyaku lebih lanjut, setelah tahu dia tidak mengalami kekerasan
sexual yang dapat membuatnya trauma, aku malah jadi penasaran bagian
masturbasinya cuy…maklum aku lelaki normal… well, lelaki bejad tepatnya!
“awanya ya cuman jari pah…lalu akhir akhir ini latri menemukan…mainan mamah…”
Aku garuk garuk kepala lagi, dan juniorku semakin ngaceng mendengar cerita itu…
“lat…” kataku sambil menelan ludah.
“ya pah…”
“kamu masih penasaran sama punya cowo yang asli?” Gila! Aku sendiri
tercekat ama kata kata yang barusan aku ucapin. Goblok! Bego! Tolol!
“ah, papah…malu ah…”
“kalau papah minta latri pegang punya papah, latri mau gak?” ujarku lebih lanjut.
Terlanjur basah man! Well, dalam hal ini terlanjur kentang! Anjriitt!!! Apa yang gw lakukan???
“mau! mau banget pah!…eh, anu…ee…maksudnya…jangankan cuman disuruh
megang punya papah, papah suruh latri megang bara api sekarang juga
latri pegang pah! Jasa papah dan keluarga ini besar banget untuk latri
bisa bales…” katanya sok diplomatis
Eh?
Latri mulai menggerakkan tangannya (awalnya sedikit canggung) untuk memegang kontolku
“ough! Tangan kamu anget banget lat…” aku berkata sambil menikmati genggaman dia
“ehhh…kok…gueedee bangedd sih pahh…? Latri kira mainan mamah udah
gede…burung rentenir yang dulu membeli latri lebih kecil lagi dari
burung burungan mamah…” katanya sambil memegang kontolku dengan dua
tangan, menyusuri figurnya dari pangkal ke ujung dan melakukan gerakan
meremas remas gemas sedangkan matanya melotot melihat siluetnya yang
tercetak di balik celana.
Aku hanya tersenyum, tanganku pun tidak diam saja, aku meraih ke depan
dan sukses mendarat di dadanya. Aku membelainya pelan.
Mungil…imut…kenyal sekaligus lembut…benar benar khas dada ABG… latri
mendesah…dan memandangku sayu. Tanganku bergerak ke samping tepat di
ketiaknya. Dengan sekali sentakan latri ku angkat lalu ku dudukkan di
pangkuanku. Kami berhadapan. Mata kami bertemu. Pandangannya tajam, menantang. Sedangkan aku…kembali di landa keraguan.
Aku berada dalam posisi duduk sekarang. Kakiku menjuntai menapak lantai.
Sedangkan latri berada di pangkuan pahaku dengan posisi kedua kaki
mengangkang dan menghadap kearahku. Dalam posisi itu, selangkang kami memang
belum saling menggesek, tapi jaraknya hanya hitungan centi. Aku memeluk
pinggulnya, sedangkan tangannya masih berusaha mengkucel kucel
kontolku. Pandangannya lurus ke mataku. Anak 17 tahun ini membuatku
grogi. Aneh…
Beberapa lama aku cuman mematung, bimbang antara nafsu dan akal sehat,
sampai latri meremas lagi senjataku dari luar celana. Kucengkeram erat
pinggulnya. Kutarik maju sehingga posisi selangkangan kami saling menempel, walau barang kami masih ada di dalam celana masing masing.
Latri mendesah tertahan. Tanganku merambat naik ke punggung dia,
kurasakan geronjal kecil, tali belakang BH dia. Tanganku terus naik,
mengusap dan menggenggam tengkuknya. Lehernya yang kecil hampir muat ku
genggam dengan sebelah tanganku. Lalu tanganku bergerak maju, mengusap
pipinya, bibirnya yang mungil namun merekah itu tak lepas dari sentuhan
jari jariku. Latri mendesah, alih alih dia memejamkan mata, pandangannya malah lebih tajam menusuk
mataku. Ku usap rambut bagian belakang dari kepala kecilnya, tanganku
bergerak ke dagunya dan perlahan kutrik ke depan untuk mendekatkan
bibirnya ke bibirku. Dia belum juga menutup matanya. Sampai bibir kami bertemu dan desahan kecil itu kembali tersedengar dari mulutnya.
Sama seperti French kiss kita yang pertama, ciuman demi ciuman ku daratkan dengan penuh
penghayatan di bibir dia, lidah kami pun saling membelit. Suara cepakan
dan cecapan terdengar dari bibir dan lidah kami dalam balutan air ludah
yang kami pertukarkan serta berpadu dengan nafas kami yang saling memburu oksigen di sela sela jeda longmarch kegiatan silat lidah kami. Namun bedanya kali ini dia dengan berani
memeluk bahuku dan mengusap-usap tengkukku seiring ritme yang tercipta
di antara kami, sedangkan tanganku mengelus, meremas dan menjelajahi
pantat mungilnya serta mendorong dorongnya ke depan untuk menggesekkan
selangkangan kami. Dia menanggapinya dengan semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
Foreplay yang panas dan romantis
Kegiatan saling belit itu berlangsung agak lama, aku memang sangat menikmati moment ciuman dengannya dan tidak ada alasan untuk tergesa gesa. Namun seiring waktu, ciumanku kupadu dengan cecapan
dan jilatan ke leher dan telinga latri. Latri seperti tidak mau kalah,
ciumannya pun mendarat bertubi tubi di wajah dan leherku.
Sejenak kurenggangkan jarak tubuh kami, wajah kami pun menjauh. Kutatap
matanya, latri balas menatapku. Sekian lama kami membisu dan bertukar
pandang. Mengatur nafas. Mengatur ritme. Dan aku menanyakan sekali lagi kehatiku, benarkah aku menginginkan ini?
Tiba tiba latri melengkungkan badannya ke belakang, dia menggunakan tanggannya untuk menyangga tubuhnya dengan menumpukannya ke ke-dua lututku. Dada kecil itu sekarang tersaji dengan menantang di depan mataku,
dia menatapku seakan menantang. Dan dia tersenyum, misterius, aneh
sekaligus menggairahkan. Latri sejenak melirik dadanya sendiri lalu
kembali menatapku. Masih dengan senyuman menantang.
Menerima tantangan itu, tanpa menunggu lama lagi, kususupkan wajahku ke dadanya, ku kenyot kedua buah dada kecil itu dari
balik kaos dan BHnya yang masih terpasang. Sejenak bermain di permukaan
dadanya, tanganku mulai menelusup ke balik bajunya. Dia mendesah, dengan masih melengkungkan badannya ke belakang. Suara desahannya semakin menjadi.
Mulutku bermain main di perut datarnya ketika kedua tangganku
menyingkapkan kaosnya. Latri mendesah lagi, lalu membantuku untuk
membuka bajunya sendiri. Payudara kecil itu masih
terlindung BH berwarna krem, tapi salah satu putingnya sudah sedikit
mengintip keluar dari BH kecil yang ternyata masih sedikit kegedean
buatnya. Puting itu cerah,
berwarna merah muda segar dan menantang, wujudnya sebesar ujung jari
kelingking serta tampak sudah mengeras. Semerta merta kudaratkan lidahku dengan gerakan menyapu ke atasnya.
“aaaaagggghhhhh…” latri mendesah panjang seiring sentuhan lidahku di permukaan putingnya
Sejenak kemudian, BH nya sudah tanggal di lantai sedangkan sapuan dan jilatan itu sudah
berubah gaya menjadi kenyotan dan empotan halus. Kedua tangannya yang
tadinya bertumpu di lututku berpindah ke leherku, sambil bergelayutan
mesra. Aku menyapu seluruh permukaan payudara kecilnya dengan bibir dan lidahku. Tanganku melingkar dipinggul kecilnya untuk membantunya mempertahankan posisi itu.
Sengaja ku pertahankan untuk menyentuhnya seringan mungkin agar muncul
efek geli yang berdasarkan pengamatanku dari rangsangan-rangsangankuku
beberapa saat tadi, aku ketahui
semakin mengangkat birahinya. Latri semakin menggeliat geliat liar.
beberapa saat kemudian, tubuhnya mengejang menyentak nyentak, kakinya
yang sebelumnya menjuntai mengapit erat pinggulku di sertai pekikan
keras.
“aaaakkkkkkhhhhh…”
Lalu tubuhnya terhempas, kepalanya tersandar lemas di bahuku dengan kaki masih mengangkang, selangkangannya bergesekan dengan selangkanganku. Dadanya yang sudah mulai berkeringat menempel erat di dadaku. Terengah engah dia berusaha berkata…
“papaaaah…eehhh…hhhh…latttriiihh…eehhh…hehhh…hehhh …” katanya sambil
memelukku lebih erat. Badannya masih melejat lejet lemah lebih lanjut.
Kurasakan celana di atas memeknya basah kuyup, rupanya dia mendapatkan
orgasme. Seperti bekas yang ku temukan di lantai beberapa saat setelah
dia orgasme waktu masturmasi sambil mengintip aku dan
istriku yang sedang bersenggama, ternyata dia jenis cewek basah.
Lendirnya banyak banget. Jenis cewek kayak gini ini biasanya cepet
banget orgasme, tapi juga langsung lemes setelahnya karena produksi
hormone yang berlebih, tapi cepet panas lagi, sebagian besar cewek dengan type ini mampu menghandle multi orgasme, sebagian lagi langsung lemas setelah first-O.
Tapi cewek jenis ini bisa di ajak longmarch apabila melakukan
hubungan sex, karena lendirnya yang terus menerus keluar, jadi tidak
membikin Mr. P lecet. Salah satu jenis cewek favoritku. Pernah aku menggarap ABG setype dengan dia,
semalam mampu melayaniku tujuh kali, tapi esok paginya dia tepar. Dan
dua hari kemudian meneleponku untuk mengajak ngesex lagi, gratis
katanya…ketagihan dia rupanya. Hehehe…
“kamu sudah dapat orgasme lat?” kataku sambil
tersenyum menatap matanya, tubuhnya sekarang sudah agak menjauh,
sehingga kami dapat saling berpandangan. Tangannya masih bertengger di
bahuku dan nafasnya masih ngos-ngosan. Kulirik dada kecil itu…kenceng. Ampun DJ! Mana tahan…
“ah, papa nakal…” jawabnya singkat smbil tersenyum juga di sela senggalan nafasnya
“pindah dalem yuk, di sini dah mulai terik mataharinya…” ajakku
“ayuk pah…”
“di kamar papah atau di kamarmu?”
“di kamarku aja pah…”
“napa?”
“biar keliatan papah yang nakalin latri…hihihihi…”
Aku mencubit hidungnya dan mulai berdiri sambil menggendongnya.
Seperti menggendong anak kecil di depan, kakinya melingkar di pinggangku
otomatis memek basahnya menempel ketat di kontol tegangku. Sedangkan
tangannya menggelayut manja di leherku. Kepalanya dia sandarkan ke
pundakku. Sengaja sambil menggendong aku remas
remas pelan pantatnya sambil mengobel pelan daerah lobang pantat dan
lobang memeknya. Sambil menyandarkan kepalanya ke pundakku, kudengar dia
mendesis desis halus. Kurasakan cairannya tambah membanjir. Apalagi
seiring langkah kakiku, kelamin kami saling menggesek dengan cara
beradu yang (menurutku) erotis. Kontolku tambah kencang, libidoku naik,
nafsuku sudah tak tertahankan. Kali ini, memeknya yang memang sudah
tidak perawan itu pasti akan ku jelajahi setiap inci pada relung kenikmatannya.
“ackhhh…” erangnya pendek saat aku membaringkannya ke ranjangnya sendiri sambil dengan sengaja menyorongkan senjataku ke
selangkangannya. Matanya, seperti sebelumnya, menatap, kali ini
diantara senyum anehnya, latri meggigit kecil bibir bawahnya. Erotisme
Lolita…ancurrr...
“aaahh…papah nakal…” desahnya lagi sambil tersenyum lebar
Aku meringis sambil mengangkat-angkat alisku dengan mimik om-om genit. Hehehe…
"peluk latri lagi pah..."
Hmmm...
Aku memutuskan untuk tidak memeluknya kali ini. Lagipula, aku masih ada
janji untuk menghukumnya, dan itu akan ku lakukan. Hehehe…becanda.
Kupegang kedua betisnya, lalu ku kangkangkan kakinya. Dengan gerakan
lemas kakinya mengikuti arah tanganku. Aku meliriknya sekilas sambil
tersenyum simpul. Matanya seolah bertanya apa yang hendak
aku perbuat. Tanpa basa basi ku sorongkan mulutku kearah memeknya dan
mulai menjilat, menyedot bahkan menggigit gigit kecil bukit mini itu
dari balik celana hotpantsnya.
“papah!... agggghhttthtt…” latri bereaksi sepontan saat mulutku mendarat
di permukaan memeknya dari luar celana. Sepontan pula sentoran cairan
panas melanda mulutku. Luapan cairan orgasme ataukah squirt? Aku tidak
peduli, semakin membanjir itu memek, semakin keras aku menyedot. Latri
tersengal, mengejang dan menggelepar gelepar menghadapi gempuranku.
Entah berapa kali anak 17 tahun itu sudah orgasme dari awal ciuman kami.
Tanganku menggenggam kolor hotpantsnya, pelan pelan ku tarik celana itu
ke bawah. Latri membantu dengan sedikit mengangkat dan mengejang
kejangkan pinggulnya. Tak lama kemudian barang itu terpapar di depanku.
Tak ku sangka, vaginanya begitu merah-muda, dengan rambut yang masih
sangat jarang jarang. Sisi luar bibir vaginanya terbelah dengan
sempurna dan menonjol dengan cantik. Elegan namun imut. clitorisnya
berwarna sedikit lebih cerah dari daerah labia minora atau bibir
vagina-nya. Dengan gemetar ku sibakkan bibir vagina itu dengan jempol
kananku. Lorong itu terlihat berkerut kerut eksotis, setiap lekukan
mengkilat dilapisi cairan yang seakan tidak pernah kering. Perlahan ku elus clitorisnya dan terpampang pemandangan yang membuat darahku berdesir sampai ke kepala. Memeknya mengedut dengan sentakan-sentakan spontan. Memeknya…Empot Ayam!
Kepala latri masih tergolek lemas ke samping seakan masih menikmati orgasme yang barusaja
di berikan oleh permainan mulut dan lidahku dari luar celananya. Tanpa
dia sadari, aku sudah melepaskan celanaku dan mengarahkan penis tegangku
ke lobang vaginanya. Sebenernya aku masih pengin mengenyot barang itu,
tetapi kedutan tadi membuatku tidak kuat menahan lebih lama lagi untuk
menusuk dan menjelajah relung yang sudah
menganga pasrah di hadapanku ini. Aku mulai menggesek gesekkan kepala
penisku ke permukaan bibir memeknya. Latri masih tergolek sambil
terpejam, walau memeknya bereaksi dengan mengirim kedutan kedutan erotis yang membuatku semain gila. Lalu…
BBBBLLLLESSS…
Pelan tapi pasti lobang itu akhirnya aku tembus…
“aaaagggghhhhhh! Paaaaapaaaaah!” erangnya panjang sambil berusaha menarik kepalanya keatas untuk melihat memeknya yang mulai
tertembus rudalku…sekilas kulihat matanya nanar melotot, menandangku
panik saat merasakan kontholku menyeruak lorong memeknya.
Masuk...masuk…mili demi mili, lebih dalam…dan semakin dalam…
Terlambat latri!! semua sudah terlambat kini… papa brengsekmu ini tidak dapat menahan gejolak libidonya lagi…
Tiba tiba…
JDUK! Eh?
“mentok??” tanyaku di dalam batin…Lalu…
SLUPT…SLUPT…PTETTT…PTETTT…SLEPT…SLEPT…!!!
memeknya bereaksi terhadap benda asing…empot ayam itu secara reflek memeras penisku yang baru ¾ masuk ke lorong memeknya.
Memek yang cetek, empot ayam serta becek banget…Kombinasi aneh tapi luarrr biasa nikmatt…
Dan aku pun mulai memompa!
Kugenjot dia dengan ritme pelan, aku mulai dengan RPM rendah, pinggulku
dengan telaten kugerakkan maju mundur, berputar dan kuselingi gerakan
gerakan zig-zag secara ritmik. Latri sudah tidak sanggup lagi menatapku,
matanya kini membalik ke atas bersamaan dengan lenguhan dan goyangan kepalanya mengikuti ritme goyanganku. Tangannya menari narik sprei dengan kuat, dia mendesah, melenguh dan meracau. Aku tingkatkan RPM goyanganku.
Dia mendelik, lenguhannya semakin keras. Memeknya tek henti henti
menyemburkan lendir putih licinnya. Rasa licin, panas disertai emputan
ayam dan pentokan dinding rahimnya di ujung penisku membuatku serasa
melayang. Terbang!
Kuraih pinggulnya dengan kedua tangan untuk memaksimalkan efek goyangan
pinggulku. Masih dalam posisi MOT, aku menghujamnya dengan telaten dan
variatif. Suatu waktu aku bergerak secara konvensional, maju-mundur, di
kombinasi dengan gerakan memutar dan memilin, di lain waktu ku gerakkan
pinggulku dengan arah keatas-bawah seperti mencungkil-cungkil.
Sesekali waktu, aku memberinya kesempatan bernafas dengan menghentikan
sebentar gocekan pinggulku, tempo itu aku gunakan untuk kembali mencecap
putingnya yang semakin menantang itu.
Kepala latri yang tergolek
ke samping aku tegakkan, sehingga sekarang dia terlentang dengan
sempurna, penisku masih dengan nyaman bersarang di relung vaginanya.
Dengan gaya kodok, aku masih menelungkupi tubuh mungilnya, tapi tidak
langsung menindihnya. Kuelus kembali rambut ikalnya, ku singkirkan
beberapa helai yang jatuh
dan lengket di wajahnya karena keringat. Matanya sayu membuka, sambil
berusaha mengatur nafas dia tersenyum. Latri mengangkat sedikit
kepalanya sambil membuka bibirnya. Isyarat minta cium.
Dan kami kembali ber French kiss. Dalam dan intim…
Persetubuhan ini memang aku bikin se-relax mungkin, di dalam pikiran jahatku, aku ingin menanamkan kesan yang dalam di benak latri, agar prosesi seperti ini bisa berlangsung secara kontinyu. Damn !! Sebut aku banjingan, tetapi kalau kalian tidak memungkirinya, hal itu juga yang ada di benak kalian kan?
Cplup…
Bibir kami terlepas dari FK yang dalam
Dan aku mulai mengayuh lagi, aku mulai dengan RPM rendah lagi, hanya
kali ini aku variasikan dengan hentakan hentakan kuat sesekali tempo.
Vagina latri mulai bereaksi kembali, walau pinggulnya masih passive,
mungkin karena lemas, tetapi relung vaginanya benar benar aktif,
mengempot dan memilin penis ku yang menjelajahinya.
“aaaaa…AAGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …”
Latri mendesah seiring tempo hentakanku. Sebenarnya aku masih ingin berlama lama, toh tidak ada yang mengharuskan kita terburu
buru. Tapi kelihatannya sudah waktunya menyelesaikan ronde satu,
lagipula, aku sudah tidak menghitung lagi berapa kali tadi vagina kecil
itu sudah menyemburkan cairan orgasmenya. Kupercepat RPM. Menengah! Dan
Tinggi!!
Aku meyentak nyentak kuat
CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK
Suara testisku terdengar kencang waktu menampar nampar pantat kecilnya seiring genjotanku
“AAAAAAAAAAAAA………………………AAAAAAAAAAAAAAA………………AAAAAA
AAAAAAAAA………….AAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAA….IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIHHHHHHHHH HHH……..”
Desahan latri berubah menjadi lengkingan panjang
Dan aku kayuhan itu semakin kupercepat…
CPAK CPAK CPAK CPAK CPAK
“ARRGGHHH !!!” aku mengeram saat puncak itu berhasil kudaki
Kuhujamkan dalam dalam penisku ke relung vagina latri. Spermaku ku
muntahkan semuanya di sana. Aku mengerang lagi saat merasakan guyuran
cairan panas di sekujur penisku. Dan aku melejang lejang lagi. nafasku
memburu. Kemudian aku limbung, terjatuh tertelungkup di atas tubuh
latri. Nafasnya tak kalah tersengal.
Perlahan aku geser tubuhku ke samping, memberinya kesempatan untuk
menghirup udara. Kupandang wajahnya, latri masih memejamkan matanya,
berusaha mengatur nafas. Beberapa saat kemudian, dia menoleh ke arahku.
Aku sengaja belum bekata kata, kubelai wajahnya dan kembali ku tatap
matanya. Bibirnya mendekat dan kita berciuman kembali. Singkat namun dalam. Kami berpelukan.
“pah, boleh latri bilang kalau latri…say…eh…enggak jadi ding…” latri
tidak menyelesaikan kalimatnya, dia hanya langsung menyusupkan kepalanya
ke dalam pelukanku.
Aku tersenyum, ayolah, masa aku tidak bisa menebak sih lanjutan
kalimatnya? Tapi aku sengaja tidak menanggapinya secara verbal, aku
hanya menarik wajahnya dan mengecup keningnya. Latri menunduk lagi dan
mempererat pelukannya, dan kami berpelukan kembali dalam kebisuan.
Dibenakku terfikirkan hal-hal yang entah akan dapat aku sampaikan dalam bentuk kata kata atau tidak di dalam kehidupan ini. Hal seperti: Lat, aku juga…
Ini gila! Masa aku falling sih? GILAAAA!!!
Aku falling in love?? Kalimat itu masih terus menjerit jerit di batinku, dan yang paling menyiksaku adalah kenyataan bahwa aku memang menyayanginya entah dalam konteks apa, aku sendiri juga masih bingung. Dan yang barusan terjadi, apa itu dia anggap sebagai ekpresi sayang, atau perwujudan dari nafsu bejad majikannya? Kalau yang barusan
adalah pemerkosaan, kenapa dia malah hampir mengungkapkan perasaannya
kepadaku? Apa memang bener kata-kata rika? Apa aku memang semenarik itu?
Ah, jangan GR lah, bajingan sepertiku
seharusnya sudah tidak pantas untuk terlihat menarik di hadapan wanita
manapun…Dan aku semakin dalam tenggelam dalam lamunanku.
Nafas latri mulai teratur, dinginnya AC di kamarnya mengeringkan
keringat kami dengan cepat. Dan sejuknya seakan membius tubuh lelah
kami. Tak seberapa lama, aku sudah mendengar desisan halus nafas latri.
Rupanya latri sudah tertidur. Ndablek juga cewe satu ini! Padahal… Ah…
Dan aku mempererat pelukanku
Hangat…
---
Epilog
Saat ini latri ada di sebuah kota di luar propinsi yang kami
tinggali, menyelesaikan kuliah manajemennya. Dengan biaya kami
tentunya. Dia cukup dapat mengikuti mata kuliahnya walau masuk dengan
ijazah SMA persamaan,
dan kami semua bangga dengannya. Aku hanya sekali itu melakukan
hubungan itim dengannya, karena itulah bisa di bilang hubungan kami
malah jauh semakin akrab tapi sejauh ini juga tidak ada di antara kami yang menyatakan
perasaan. Kadang, kalau ada kesempatan kami hanya berpelukan, Latri
sering minta peluk, katanya pelukanku hangat dan nyaman. Kami saling
menghormati sebagai dua individu dewasa.
Aku mencintai istriku, latri tahu itu, tetapi aku juga mencintai latri,
dan aku kira latri juga tahu itu. Walau kata kata cinta tak pernah
terlontar secara verbal dari mulutku. Setiap kutanyakan apa dia sudah
punya pacar, latri hanya bilang dia sudah memiliki seseorang yang sangat
berarti. Tapi aku tidak berani otomatis mengasumsikan orang itu adalah
aku. Aku selalu menganggap cintaku bertepuk sebelah tangan kepadanya.
Dan itu aku kira bagus. Menjagaku untuk tidak bertindak nekad dan
melamarnya. Wedew, parah kalo itu sampe terjadi!
Hubunganku dengan istriku pun sejauh ini baik baik saja, membaik bahkan.
Komunikasi kami juga semakin intens. Everything is fine between us.
Mbak yun akhirnya menikah lagi, dan sekarang sedang hamil anak ke tiganya dari suaminya yang ke
dua. Semenjak dia kembali ke kampung, balik lagi ke kotaku, bekerja di
sana sampai dia menikah lagi, terhitung hanya beberapa kali kami
melakukan persetubuhan, tanpa komitmen dan hanya untuk penyaluran
kebutuhan, kami berdua sudah dewasa dan kami menyadari benar pentingnya
pemenuhan kebutuhan sexual itu. Lalu kami memutuskan untuk
mengakhirinya, demi masa depan kami sendiri.
Rika?
Si ahli manipulasi itu sampai sekarang belum banyak berubah, baik
wajahnya, lekuk tubuhnya, maupun kelakuannya. Bulan lalu aku menuruti
keinginannya, membelikannya sebuah mobil Toyota Yaris, aku beliin second
sih tapi dia sudah OK kok dengan itu. Kenapa aku sampai bela belain
beliin dia mobil? Ya karena dia adikku, walau adik ipar tepatnya. Tapi
aku menyayanginya seperti adik kandungku sendiri.
Viagra
BalasHapusPermen Karet Perangsang
Perangsang Wanita
Penumbuh Rambut
Peninggi Badan
Penggemuk Badan
Pelansing Badan
Obat Pembesar Penis
Vakum Pembesar Payudara
Vakum Pembesar Penis
Celana Hernia
Alat Bantu Sek
Boneka Full Body
Hub: 085713500997
Pin bb 7678ae8c