Masih inget aku kan ? Mia namaku, mosok lupa sih ? Itu lho yang pernah nulis tentang pengalamanku bersetubuh dengan Edo dan suamiku sendiri secara three in one. Kalau belum baca, harus baca dulu, soalnya cerita ini adalah sambunganya. Tapi karena Edo adalah nama sebenarnya dan dia minta namanya disamarkan, maka mulai saat ini baiklah kita sebut saja namanya Rado. Walaupun mirip dengan sebuah nama di sinetron, tapi nggak apa lah ! Namanya juga, usaha ! Sesuai dengan janjiku yang lalu, aku akan bercerita tentang realisasi persetubuhanku dengan Rado bersama Lina temanku secara three in one. Begini ceritanya Suatu saat, begitu Lina selesai mengantar suaminya ke bandara karena suaminya ada urusan bisnis ke luar negeri, maka diapun menelepon aku.
“ Mia, aku sudah siap nich ……” katanya
“ Siap apaan Lin ? “
“ Ala, pura pura lu, itu tuh, suamiku baru saja aku anter ke bandara karena ada urusan bisnis di Jepang selama tiga minggu, asik kaannn … Jadi rencana kita untuk ber three in one dengan temen suami lu, siapa namanya tuh, Rado ya ? bisa kita laksanakan”.
“ OK Boss ! ntar aku telepon dulu ke Rado”.
Singkat cerita, pagi itu juga aku telepon ke Rado supaya datang kerumah Lina, aku sudah menunggu disana. Aku tidak peduli bagaimana caranya dia minta ijin meninggalkan kantor, yang penting segera datang. Habis penting bener sih.
Setelah aku menyerahkan anakku ke pembantu supaya diajak kerumah mertua, segera aku cabut kerumah Lina di bilangan Tebet. Dalam perjalanan, sambil menyetir mobil aku sudah membayangkan bagaimana nanti aku akan memainkan perananku dalam persetubuhan secara three in one tersebut. Jangan dikira aku tidak berdebar debar menghadapi situasi ini, sebab inilah pertama kali aku akan melakukan persetubuhan secara three in one yang terus terang baru pernah aku saksikan di film film biru atau baca baca di cyber porn.
Ketika aku tiba disana, mobil langsung kumasukkan ke garage yang terbuka. Ternyata Rado belum datang. Kebetulan ! ada waktu untuk menenangkan diri. Ternyata Lina juga idem dito denganku. Malah kelihatan sekali bahwa tangannya gemetar waktu dia menyiapka minuman.
“ Kamu kok kelihatan nerveus begitu sih Lin ?” tanyaku pura pura bersikap tenang.
“ Jangan ngeledek, aku kan baru mau kali ini berselingkuh dengan laki laki lain” jawabnya sambil pura pura melotot.
Lina sebenarnya wanita yang agak pemalu, walaupun kalau menceritakan soal keinginannya bersetubuh dengan laki laki yang mempunyai ****** besar, malah jadi malu maluin. Tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari rata rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna kuning langsat (kenapa harus kuning ? apa tidak ada warna lain? He.. he.. heee……) wajahnya bernuansa oriental. Tapi herannya kenapa susunya besar ya ? Biasanya tipe tipe seperti itu kan susunya cenderung kecil. Ukuran bra nya 34C. Aku tahu sebab pernah beberapa kali belanja pakaian dalam bersama dia. Jembutnya tidak begitu lebat, aku tahu itu sebab pernah mandi bersama setelah berenang di kolam renang belakang rumahnya. Perutnya rata bener, pantas lah, karena belum punya anak walaupun sudah tiga tahun menikah, sedangkan pahanya, alamak, betul betul paha peragawati, mulus sekali ! Belum lagi matanya yang redup sayu membuat laki laki yang ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk mendekat. Pantaslah kalau orang sekaya Aryo (nama suaminya) begitu bernafsu untuk memperisterinya. Tapi nafsu sex nya itu lho, betul betul luar biasa. Aku pernah diajak bermain lesbian bersamanya sehabis mandi bersama tempo hari. Tapi aku tolak secara halus, karena aku lebih suka bersetubuh dengan laki laki, dan diapun mengerti. Apalagi setelah aku ceritain nikmatnya ****** Ki Alugoro dan ****** Rado.
Singkat cerita, setengah jam kemudian datanglah Rado sang Arjuna. Buru buru aku bukain sendiri pintu pagar halaman (walaupun sebenarnya pintu itu bisa dibuka jarak jauh dengan remote. Lina memang sengaja meliburkan pembantu pembantu dan satpamnya hari itu.
“ Hello, yang..” sapanya mesra. Padahal kepalaku nggak peyang lho. Kok dipanggil yang.
“ Ayo, masuk “ jawabku sambil senyum “ sudah ditunggu lho ..” bisikku sambil bergelayut di bahunya.
Sampai diruang tamu tak kudapati Lina. Kemana dia ? Setelah menyuruh Rado duduk, buru buru aku ke ruang dalam. Ternyata Lina sedang berganti pakaian. Dengan rok mini berwarna putih dipadu T-shirt thank top ketat berwarna biru gelap menampilkan sosok tubuhnya yang bak bidadari. Susunya yang besar terlihat bergelayutan seakan akan mau meloncat dari dalam T-shirt nya. Rupanya dia sengaja tidak memakai bra, sehingga pentil susunya kelihatan jelas tercetak didepan mata. Pahanya yang mulus terpampang hampir tiga per empatnya. Apalagi dengan berlian yang ditindikkan di pusarnya sebentar sebentar berkilauan bila dia menggerakkan tubuhnya.
“ Excellent … !” pekikku lirih
“ Sssstttt …… “ jawabnya lirih “ Ayo … “ ajaknya sambil wajahnya kelihatan agak ke merah merahan.
“ Sebentar, aku juga mau melepas bra ku dulu “ sahutku sambil buru buru membuka baju dan melepas bra. Setelah itu kupakai bajuku lagi. Sengaja kubuka dua kancing atasnya sehingga belahan dada dan sepertiga susuku terpampang seperti memanggil tangan iseng laki laki untuk membelainya.
Sampai di ruang tamu aku melihat Rado terbengong bengong melihat penampilan kami berdua.
“ Perkenalkan, ini temanku Lina” kataku sambil menarik tangan Lina untuk bersalaman dengan Rado.
“ Rado ….. “ jawab Rado menimpali
Lama mereka saling berjabat tangan dan saling memandang. Aku hampir hampir cemburu dibuatnya
“ Ayo,” kataku membuyarkan angan angan mereka.
Kamipun pergi ke belakang rumah. Ditepi kolam renang ternyata sudah dipersiapkan semacam kasur angin ( seperti yang diiklankan di TV itu lho ).Disampingnya ada meja taman yang diatasnya terletak buah buahan, sebotol wine dan beberapa botol soft drink. Tentu saja ada juga tiga buah gelas kristal yang cantik. Tapi aku tidak tertarik dengan semua itu, karena setiba ditepi kolam renang, buru buru aku melepaskan seluruh pakaianku dan dengan tubuh telanjang bulat aku menceburkan diri ke air. Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua. Kuperhatikan ****** Rado ternyata sudah ngaceng, walaupun belum seratus persen. Melihat ****** yang luar biasa itu, mata Lina terbelalak dan mulutnya setengah terbuka. Tidak begitu lama kami berada diair. Kemudian kami bertiga duduk di kasur tersebut. Kini aku yang mengambil inisiatif. Kudorong tubuh Rado supaya telentang dan kutarik tangan Lina untuk memegang ****** Rado. Sedang aku sendiri cepat cepat memperamainkan susu Lina dari belakang sambil menciumi belakang telinga dan kuduknya. Diperlakukan demikian, apalagi sambil memegangi ****** Rado yang sudah tambah mengeras, nafsu Lina rupanya cepat naik. Nafasnya agak memburu sedang mukanya sudah mulai memerah. Melihat itu Rado mulai beraksi mengambil alih permainan. Sambil merebahkan tubuh Lina dikasur, aku disuruh menghisap hisap susu Lina, sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam Lina, terus keatas, sampai ke belahan tempiknya yang sudah mulai merekah. Sedang tangannya yang kiri mulai menggerayangi tempikku yang juga sudah mulai gatal. Sampai dibelahan tempik Lina, tanpa basa basi mulut Rado langsung menyerbu dan menjilat jilat sambil menghisap hisap itil Lina. Kami perlakukan demikian, Lina langsung menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis “Ouccggghhh…….” Rado sadar bahwa dia harus memuaskan dua orang cewek secara bergantian dan berkali kali, maka tanpa membuang waktu lebih lama dia sodorkan kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan tempik Lina. Seperti kepadaku dulu dia mulai dengan menggosok gosokkan ujung kontolnya ke itil dan bibir tempik Lina. Tentu saja hal tersebut membuat Lina bergelinjang tidak keruan. Tapi berbeda denganku dulu, Lina langsung memegang ****** Rado yang luar biasa besar itu untuk dimasukkan kedalam tempiknya. Tentu saja susah sekali, karena Lina belum punya anak, sehingga tempiknya relative masih sama sempitnya seperti waktu perawan dulu, apalagi tempik itu hanya pernah dilalui oleh ****** suaminya yang kecil dan pendek. Maka, sambil mulutku masih menghisap hisap susu Lina, jari jari tanganku menolong membuka bibir tempik Lina supaya bisa dilalui ****** Rado. “ Uuuccchhh…..mmmhhhh “ rintih Lina menahan rasa nikmat. Tak berapa lama ****** Rado berhasil juga menyeruak kedalam tempik Lina, walaupun baru sebatas kepala dan separo batangnya saja. Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan merasakan nikmat yang belum pernah ia rasakan. “ Oouugghhhh… Mmmiiaaa…….Rrraddoooo… tteerruuussss ….. oouughhh … eennnaakkkk… “ celotehnya. Mukanya jadi merah membara, matanya membeliak beliak keatas, pahanya makin dilebarkan dan pinggulnya diangkat angkat keatas. Walaupun mulutku masih terus menghisap hisap susu Lina, akupun sempat berbisik padanya “ Goyang Lin, goyang pantatmu supaya ****** Rado cepat bisa masuk seluruhnya “ Diapun menggoyang goyangkan pantatnya diringi dengan hunjaman keras ****** Rado, maka blesss… amblaslah semua batang ****** Rado. “Aaarrggccchhhh……” pekik Lina “Mmiaa…… kkontttoll Rrraddooo …… mmmhhhhh…eennaakkk sseekkalliii….” Setelah itu Rado makin giat menghunjam hunjamkan ****** besarnya ke dalam tempik Lina yang makin menggelinjang gelinjang dengan hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah dengan air itu makin basah lagi bercampur dengan keringat, sedang selangkangan dan jembutnya makin basah dengan cairan yang mulai keluar dari lubang tempiknya. Matanya makin membeliak beliak sambil mulutnya yang mungil itu ternganga nganga. Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku mulai menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan akhirnya ke susunya yang besar itu lagi. Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina yang telanjang itu serasa melayang diawan yang berarak diatas kami. Kurang dari setengah jam Lina kami perlakukan demikian ketika tiba tiba tangan Lina yang kanan mencengkeram erat erat tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk erat erat pinggang Rado. Sambil mengangkat pinggulnya tinggi tinggi orgasmenya meledak diriringi teriakannya “Aaaarrrggghhh… Mmiia….. Rrraddoooo ….oooccchhhhhhh……” Miapun terkapar sambil tangannya memegangi ****** Rado yang tentu saja belum orgasme. Rupanya seperti diriku, Linapun rupanya tidak ingin cepat cepat kehilangan ****** itu dari tempiknya. Aku terpana sekali menyaksikan adegan yang belum pernah kusaksikan tersebut. Tangankupun tanpa sadar telah mengelus elus tempik dan itilku sendiri. Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan diriku juga, maka dengan halus Rado melepaskan pegangan tangan Lina pada kontolnya dan mengacungkannya padaku. Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia, kupegang ****** itu kuusap usap, kucium kemudian ku hisap hisap sambil kutelan sisa cairan dari tempik Lina yang menempel hingga bersih. Akupun ingin memamerkan kepiawaianku bersetubuh kepada Lina, maka setelah menghisap hisap ****** Rado, kusuruh dia tidur telentang sehingga kontolnya mencuat keatas. Akupun segera menungganginya sambil berusaha memasukkan ****** Rado kedalam tempikku. Karena sudah berpengalaman berkali kali, maka tidak sesulit dulu ****** Rado masuk kedalam tempikku dan bleessss… masuklah ****** Rado seluruhnya. Aku tergelinjang ketika ujung ****** Rado menyentuh bagian paling sensitive didalam tempikku, tapi kuusahakan bagian itu tidak tersentuh dulu, supaya persetubuhan ini berjalan agak lama. Beberapa saat menaik turunkan pantatku diatas tubuh Rado. Ternyata Lina memperhatikan adegan ini, dan dengan mata terbelalak sambil mulutnya terbuka, dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih dekat. “Hisap pentil susu Rado, Lin.. “ suruhku pada Lina. Tentu saja Lina menurut, dan sambil menungging dihisap hisapnya pentil susu Rado. Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh Rado. Sambil merem melek keenakan, jari tangannya mulai mempermainkan itil Lina, dipencet pencetnya, digosok gosoknya, sehingga Lina menggelinjang gelinjang keenakan. Melihat muka Lina makin memerah, Rado meminta persetujuanku untuk menuntaskan hasrat birahi Lina lagi. “Percayalah, aku tidak akan sampai orgasme ….” bisiknya. Akupun mengangguk setuju karena kepuasan sahabatku Lina termasuk penting buatku. Mengapa, ini akan aku ceritakan lain kali.
Kemudian dengan lembut susu Lina didorong sehingga dia rebah telentang. Radopun memulai lagi aksinya. Disedot sedotnya itil Lina sambil dijilat jilatnya dengan rakus. Aku makin terpana melihat wajah Lina yang mengeluarkan ekspresi yang sulit untuk kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta segera disetubuhi. Mungkin Rado sadar bahwa masih ada tugas selanjutnya yaitu menyetubuhiku, maka tanpa buang buang waktu segera diacungkannya ****** Rado mulut Lina. Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi karena tadi dia melihatku, mengelus elus, menjilat jilat dan menyedot nyedot konntol Rado, maka diapun berusaha berbuat demikian. Hampir tidak masuk ****** Rado kedalam mulut Lina yang mungil itu. Setelah beberapa saat dihisap hisap, (dengan agak kikuk tentu saja, karena Lina belum pernah berbuat itu kepada suaminya.) kemudian Radopun mencabut kontolnya dari mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke tengah lobang tempik Lina dan …bleeesss………karena tempik Lina sudah banjir, hanya dengan sedikit kesulitan ****** Rado sudah amblas seluruhnya kedalam lubang tempik Lina dan…..” Ooouuuggghhhhh…….” Pekik Lina lirih “ Teerruuuusssss……Ddooooo….. ggennjjot llaggiiii ……..” pinta Lina sambil merem melek dan wajahnya memerah padam. Tanpa membuang buang waktu Radopun langsung memompakan ****** besarnya secara cepat dan bertubi tubi didalam lubang tempik Lina. “Ughhhh….. ughhhhh….” Crot…. crot…. crot….. Terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan bunyi ****** Rado keluar masuk tempik Lina yang makin banjir itu. Rupanya Rado ingin persetubuhan ini cepat selesai maka makin kencanglah kontolnya menyodok nyodok lubang tempik Lina. Rupanya karena termasuk golongan pemula dalam blantika perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek dan cepat mencapai puncak birahi karena belum setengah jam, tiba tiba tubuh Lina mengejang, pinggulnya diangkat tinggi tinggi sembari tangannya memeluk erat pinggang Rado maka …… “Raddooooo… akkuuu ……. kkkeelluuuaarrrrrrr….. “ dan seiring dengan itu tangannya memeluk makin erat tubuh Rado seolah tidak mau lepas lagi. Beberapa saat kemudian barulah dia tergeletak dengan lemas dibawah tubuh telanjang Rado. Radopun tersenyum sambil melirik kearahku dan tangan nya mengelus elus rambut Lina. Rupanya Linapun keenakan diperlakukan demikian. Hanya, karena waktu Rado tidak banyak karena harus pulang kekantor sebelum jam kerja usai, maka dengan lembut ditinggalkannya Lina yang telentang manja dan langsung menghampiriku. Akupun tahu diri, segera kutelentangkan diriku, kubuka pahaku lebar lebar sambil kutekuk lututku keatas. Tanpa basa basi Rado langsung menyerbu diriku dan memasukkan kontolnya ke lubang tempikku. Jago benar dia, walaupun kelihatan tergesa gesa, tetapi tusukan kontolnya bisa persis ditengah tengah lubang tempikku. Tentu saja aku tergelinjang menerima tusukan yang tiba tiba itu. Dan dengan nafsu yang membara karena sempat tertunda tadi, maka kulayani Rado dengan sepenuh keahlianku. Kuempot empot ****** Rado dengan tempikku, dan kugoyang goyang dengan hebat, sehingga walaupun memakan waktu agak lama dan mengeluarkan suara crot … crot … crot sekitar setengah jam lebih, maka Rado dan akupun secara bersamaan melayang ke langit biru yang diselimuti kenikmatan dan …..” Ugghhhhh..ughhh….. Ddoo…… akkuu….. mmmau….. kkeeluuaarrrrr….. ogcchhhhh……..” “Aakkuuu….. jjuggaa….. kkeelluuuaaarrrrrr …… Mmiiaaa……. aayyoo…. bbaarrreeennggggggg…..” “ukkhhh… acchhhhh….. mmhhhhh…..” dan …….. sshhyyuuuurrrrrrrr…… seperti semburan Lumpur hangat lapindo di Sidoarjo sana tempikku dan ****** Rado secara bersama sama menyemburkan cairan kenikmatan banyak sekali. Dan seperti biasanya, ****** Rado tetap aku jepit erat erat dengan tempikku sehingga seluruh cairan kenikmatan Rado habis tertelan kedalam lubang tempikku. Tubuhku dan tubuh Rado berpelukan erat sekali sambil bibir kami berpagutan. Tentu saja hal semacam ini belum pernah dialami dan dilihat oleh Lina. Dengan keadaan terengah engah aku lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali disamping kami sambil mulutnya ternganga, wajahnya merona merah sambil tanpa sadar tangannya memijit mijit itilnya sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut dengan pemandangan didepan matanya itu. Maka dengan tersenyum lembut kuraih tangannya, kuelus elus kubisikkan kata kata “ Lain kali kamu bisa mengalami yang seperti ini, yaitu orgasme bareng dengan Rado, tapi kali ini Rado harus segera pulang ke kantor Lin……” Radopun kulirik dan dia mengangguk lembut. Maka acara selanjutnya kamipun menceburkan diri ke kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian mandi bertiga di kamar mandi mewah Lina. Akhirnya karena masih ogah berpakaian, kami mengantar Rado bertelanjang bulat sampai di ruang tamu saja, sampai mobil Rado meninggalkan pekarangan dan kukunci dari ruang tamu sebab seperti kuceritakan dimuka, pintu pagar rumah Lina kan bisa dibuka dan ditutup dengan remote. Nggak seperti rumah ku yang harus didorong dengan tenaga manusia.
“Mia ….” Kata Lina tiba tiba sambil merangkul bahuku dari belakang. Kurasakan kedua pentil Lina menempel di punggungku.
“Hmmh …” sahutku.
“Terus terang aku tidak tahu harus berterima kasih bagaimana kepadamu. Persetubuhan seperti tadi sama sekali tidak pernah kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku tidak pernah membayangkan kok persetubuhan bisa mendatangkan kenikmatan yang begitu hebat dalam diriku. Rasanya pengin deh Rado aku tahan berhari hari disini. Atau bagaimana kalau dia kita jadikan gigolo kita ? Biar aku yang menanggung dananya……” Katanya mulai ngawur.
“Hush… “sahutku pura pura melotot “Dia itu bukan orang miskin, dan dia mau berbuat begini hanya dengan kita saja kok. Aku jamin. Dia hanya ingin memberi kepuasan kepada aku dan temen temen yang aku referensikan” sahutku sambil membusungkan dada dan berjalan kearah teras rumah. “Mia..!” seru Lina mengagetkanku “ Kamu masih telanjang ! Kok keluar rumah” Aku kaget dan buru buru balik kanan sambil kedua tenganku secara reflek menutupi susu dan tempikku.
“Asem” umpatku dalam bahasa Jawa ”Sampai nggak sadar aku, untung kau ingatkan” Tapi sebenarnya diteras rumahpun tidak akan ada yang melihat karena rumah Lina dikelilingi pagar tinggi yang tertutup rapat, sedang satpamnya pun kan dia liburkan hari ini.
Oleh sebab itu masih dengan telanjang, aku balik lagi ke teras dan duduk duduk disana. Tak lama kemudian Linapun menyusul duduk di kursi sebelahku, juga masih dalam keadaan telanjang. Perasaan, kalau dalam keadaan telanjang ditempat terbuka, asik juga ya ? Kaya di pantai nudis di Australia itu lho ! Cuman kalau terlalu umum seperti itu malah jadi nggak seru, karena banyak kakek kakek dan nenek nenek yang ikutan telanjang, jadi malah nggak asik dilihatnya. Tapi udahlah, jadi ngelantur. Kembali ke ……. cerita tadi. Setelah melanjutkan obrolan obrolan saru sebentar, akupun bangkit dan pamitan pada Lina.
“Baiklah Lin, aku pulang dulu, sampai lain kali, seperti yang kujanjikan tadi, kamu akan kuajari supaya bisa orgasme bareng dengan Rado”
“Kapan, tuh…” tanyanya sambil matanya memancarkan sinar seakan tidak sabar
Kukatakan secepatnya. Dan setelah berpakaian, kukecup bibir Lina dengan mesra. Kiss bye dan kustarter mobilku, pulang. Oh ya, Lina masih telanjang bulat juga waktu mengantarku sampai di garage. Persis sampai dirumah, teleponku berdering, ternyata dari Lina yang menceriterakan bahwa dari tadi dia masih hilir mudik di ruang tamu sambil masih bertelanjang bulat. Dia merindukan kehadiran Rado kembali secepatnya. Wah gawat nih, pikirku. Maka timbulah ide kreatifku yaitu bagaimana kalau kuadakan acara bukan three in one tetapi four in one, jadi dua cowok dan dua cewek supaya tidak ada waktu nganggur bagi cewek maupun cowoknya. Lagi pula kita bisa bertukar tukar pasangan. Asik kan ? Ide itu cepat cepat kusampaikan kepada Rado. Setelah berpikir sesaat dia katakan setuju., karena sebagai cowok megapolitan kan jamak saja kalau dia punya temen dengan hoby yang sama. “Panjang dan besarnya hampir sama dengan aku. Hanya lebih pendek sekitar satu sentimeter. Tapi urat uratnya lebih besar. Kebetulah wajahnya juga bernuansa oriental. Jadi pasti Lina suka. Oh ya, batangnya agak miring kekanan kalau sedang ngaceng”. Ujarnya sambil tertawa kecil. Singkat cerita, hal itu aku sampaikan kepada Lina, dan diapun menyambut dengan antusias. Bahkan dia punya usul, kalau acaranya nanti dilaksanakan di villanya saja di daerah Puncak. Tapi, saudara saudara sebangsa, setanah air dan sehobby, aku agak capek nich ! Jadi ceritanya lain kali aja ya ? Aku jamin lebih seru deh ! Janji !
Mmmmmuuuuaaaaaahhhhhhhh bye, bye !